Selamat Datang di Pesantren UNGGULAN : Berbasis Al-Qur'an dan Informasi Teknology
Semua Anak Adalah BINTANG! Pastikan Anak Anda Hidup dalam Cahaya Kecemerlangan! Dibuka PSB PesantrenBisnis.com SMP IT Istana Mulia 2014 - 2015 Gelombang ke 1 Mendapat Potongan Uang Pangkal RP. 3 juta (1 Juli 2013 sd 30 September 2013/Quata Discount dan Jml Kursi Terbatas) PesantrenBisnis.Com SMPIT Istana Mulia Daftar Online Klik disini.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Home schooling hadir sebagai alternative pendidikan

Benarkah Home schooling hadir sebagai alternative pendidikan berkualitas? Sesungguhnya Home schooling hadir sebagai alternative pendidikan  alam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.

Dalam rubrik ini kita akan menghadirkan narasumber yang punya kompeten untuk membahas tentang pendidikan anak.

Bersama Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga.

Ustadzah, saat ini tidak sedikit orang tua yang kewalahan terhadap perilaku anaknya sendiri. Bahkan terkadang mereka sulit mengendalikan anak-anaknya ketika anak naka atau ngambek. Wajar nggak sih yang seperti ini?

Seharusnya orang tua adalah pengendali yang paling kuat bagi anaknya. Kalau kemudian ada kesulitan pengendalian dari orang tua, maka apalagi orang lain. Ketika orang tua tidak mampu lagi mengendalikan anaknya, sebenarnya ini koreksi juga bagi orang tua. Pasti ada masa dia tidak berinteraksi dengan anak. Pasti ada masa dia tidak mengenali tumbuh kembang anaknya. Mungkin ini karena orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan lain, sehingga tidak terlalu memperhatikan anak. Bisa saja ini tidak hanya terjadi pada ibu-ibu yang bekerja. Tetapi mungkin juga ibu-ibu yang banyak aktivitas sosial luar rumah, bahkan juga –bukan tidak mungkin—menimpa ibu-ibu yang sibu berdakwah keluar rumah. Ternyata anaknya sendiri tidak tertangani. Yang jelas, segala masalah yang menimpa anak, maka orang tua harus mengkoreksi dirinya terlebih dahulu.

Apa yang harus dilakukan orang tua agar bisa menangani anak-anaknya? Misalnya ada anak yang suka memukul, ada anak yang kalau keinginannya tidak terpenuhi langsung ngamuk, ada anak yang gampang menangis dan penakut, dll?

Orang tua harus memahami anak-anaknya. Anak-anak itu adalah manusia seperti kita. Hanya mereka masih kecil. Ada proses pembentukan potensi yang sedang tumbuh. Ada proses pembentukan dan pengembangan akalnya. Sebagaimana manusia normal, sebenarnya hidup itu selalu berawal dari upaya untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan manusia ada yang bersifat kebutuhan jasmani (fisik untuk bertahan hidup) yang ini seringkali tidak bermasalah dalam pemenuhannya. Kemudian kebutuhan naluri. Nah kebutuhan naluri ini yang biasanya memang sangat beragam pemenuhannya. Karena naluri itu distimulir dari luar. Ukurannya atau kadarnya tergantung kuat dan lemahnya rangsangan yang berasal dari luar diri manusia. Ada tiga penampakan naluri: 

(1) Tadayyun: kecenderungan untuk mengkultuskan atau mensucikan sesuatu—inilah yang menjadi dasar ketaatan atau ketundukan kepada Allah SWT

(2) Baqa’: kecenderungan untuk mempertahankan diri/eksistensi diri. Penampakannya seperti rasa takut, marah, senang, sedih, suka memimpin, suka memiliki dll—Inilah dasar untuk menumbuhkan rasa percaya diri, rasa tanggungjawab dan kepemimpinan 

(3) Nau’: Kecenderungan untuk melestarikan keturunan, seperti rasa sayang kepada keluarga, cinta kepada lawan jenis—inilah potensi untuk menumbuhkan rasa kasih sayang. Seringkali ketidakfahaman terhadap naluri ini dan secara khusus perkembangannya pada anak yang menyebabkan salah penanganan. Bahkan terkadang orang tua memperlakukan anaknya tanpa memperhatikan usia. Padahal pada anak-anak, perbedaan bulan saja sudah terjadi perkembangan yang berbeda pada anak. Menangani anak usia 4 tahun sangat berbeda dengan menangani anak usia 6 tahun. Dengan demikian pada pendidikan anak usia dini, materi pelajaran yang diberikan harus sangat memperhatikan faktor ini.

Bagaimana 
Home schooling memahami anak berdasarkan perkembangan usia?

Ini pertanyaan yang bagus bagi para orang tua, karena ini yang seringkali terjadi salah penanganan. Ada orangtua yang memperlakukan anak batita seperti anak besar. Ada yang memukul dan keras terhadap anaknya. Tetapi tidak jarang anak-anak yang sudah selayaknya didisiplinkan malah diperlakukan seperti balita. TIdak pernah dimarahi, akhirnya yang kerepotan justru orang tuanya sendiri. Kalau kita memahami perkembangan anak maka ada tahapan: Usia dini (0-6 tahun); Pra baligh (7-14 tahun); Baligh (di atas 15 tahun).Tahapan perkembangan naluri anak untuk usia sejak lahir hingga menjelang tamyiz (7 tahun) Ini masih dalam tahap memiliki hak sempurna untuk diperlakukan secara baik oleh yang lain (pelayanan dan perlindungan penuh).

Bagaimana mengarahkan anak-anak pada usia – menjelang tamyiz ini? Apakah sama kadarnya anak batita dengan balita atau dengan usia TK?

Kita memahami ini sebagai sebuah masa yang masih dalam tahap pelayanan. Tetapi kita juga harus mempersiapkan untuk mereka menghadapi tahapan yang lebih mandiri. Di sinilah harus ada upaya untuk mengarahkan naluri, agar ketika beralih masa, mereka sudah bisa mandiri. Penanganan ini secara rinci memperhatikan masing-masing naluri. Misalnya Naluri tadayyun: ditumbuhkan mulai dari pengakuan eksistensi Allah SWT sebagai Pencipta manusia & alam semesta, pengakuan dan kekaguman kepada sifat Maha Kuasanya Allah Swt, sampai munculnya rasa syukur terhadap setiap nikmat yang Allah Swt berikan kepada anak. Pada tahapan ini sudah dibiasakan mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah, seperti alhamdulillah, subhanallloh, dll. Selanjutnya merangsang munculnya rasa ketaatan kepada Allah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Naluri Baqa-: ditumbuhkan mulai dari 

(1) Memunculkan rasa aman dari segala gangguan agar tidak berkembang rasa takut terhadap sesuatu yang baru dikenalnya 

(2) Memunculkan rasa eksistensi dirinya mulai dari memanggil namanya dengan nama yg baik, memberikan julukan dengan profil tertentu (anak sholeh, anak pintar,dll), merangsang keinginannya untuk bermain bersama dengan saudaranya dan temannya, merangsang munculnya rasa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, merangsang tanggung jawab menolak kezholiman dan membela kebenaran. Memunculkan rasa memiliki terhadap benda-benda yang menjadi kebutuhannya, rasa pemeliharaan terhadap benda-benda yang menjadi miliknya, membedakan mana yang menjadi milik sendiri dan mana yang menjadi milik orang lain. Bila ingin menggunakan milik orang lain harus ijin terlebih dahulu. Selanjutnya ditumbuhkan keridhoannya untuk selalu berbagi, mulai dari berbagi miliknya dengan saudaranya terlebih dahulu, selanjutnya dengan temannya. 

 Naluri Na’u 
(1) Ditumbuhkan munculnya rasa sayang dan hormat kepada orang tua, saudara, kerabat dekat dengan cara orang tua memberikan contoh bentuk perlakuan sayang (ketulusan & keikhlasan dalam pelayanan) kepada anak sehingga anak dapat mencontohnya dan melakukan kepada orang lain.
(2)Identifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan. 
(3)Identifikasi posisi anggota keluarga. 
(4) Pada tahap ini anak diajarkan ada kehidupan khusus orang tua (contoh harus mengetuk pintu/ ijin ketika mau masuk ke kamar orang tua) dan bagaimana menjalin hubungan dengan keluarga dan kerabat dekat (contoh silaturahmi)[MediaIslamNet]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar